Kualitas didongkrak, Garda Tujuh incar pasar China

PULAU BUNYU, Kaltim: PT Garda Tujuh Buana (GTB) mendongkrak kualitas dan harga batu bara dengan mengurangi kadar kandungan air (moisture content) melalui teknologi pengering (dryer) guna memperluas pasar ekspor ke China dan India.

GTB merupakan perusahaan tambang batu bara di Pulau Bunyu, Bulungan, Kalimantan Timur (Kaltim) pemegang izin Kuasa Pertambangan seluas 710 ha (SK Bupati Bulungan No 147/K-II/540/2007). GTB menjadi perusahaan tambang batu bara pertama di Indonesia yang mengembangkan dryer project seiring karakteristik batu bara di Pulau Bunyu yang memiliki tingkat kandungan air tinggi.

Komisaris GTB Parris Paulus mengatakan penggunaan peralatan pengering (dryer project) ditujukan untuk menghasilkan produk dengan moisture content yang lebih rendah, sehingga memperluas pasar dan meningkatkan harga jual.

"Batu bara kami masih di bawah spek dan harganya rendah yaitu US$15 per ton. Jadi fungsi utama dryer mengurangi kadar air, dari sekitar 40%-50% bisa dikurangi hingga 30%. Otomatis harga jual naik dua kali lipat dan pasarnya bisa diperluas.," katanya di sela-sela kunjungan media ke lokasi tambang, Jumat (29/5) pekan lalu.

Untuk proyek ini, perusahaan mengombinasikan teknologi dryer dari China dan India, seiring dengan kemajuan teknologi pertambangan di dua negara tersebut. Batu bara yang diproduksi GTB jenis low rank calorie coal dengan nilai kalori 4.471-4.851 kcal, ash content 2,25%-3,30% dan moisture content 42,23%-50,80%.

Khusus untuk membangun proyek ini, GTB mengucurkan dana sebesar US$1,013 juta pada tahun ini dan berencana menambah US$506.500 pada2010. Perusahaan menargetkan memiliki 40 unit dryer hingga tahun depan dan dua unit di antaranya diharapkan beroperasi pada Juli.

"Awalnya, dryer tahap pertama diharapkan beroperasi April. Namun, pembangunannya terkendala akses transportasi bahan material karena lokasi pulau yang sangat jauh dan sulit di jangkau, kami targetkan lagi Juli nanti sudah selesai," ujarnya.

GTB menargetkan kegiatan ekspor batu bara ke Singapura dengan kualitas yang lebih tinggi dapat dilakukan pada Juli.

Pasalnya, tahun lalu perusahaan menandatangani kontrak dengan buyer Singapura, yakni KTP Export Limited Singapore untuk memasok batu bara sebanyak 150.000 ton per bulan selama 5 tahun.

"Nilai kontrak sekitar US$12,4 juta dan mereka sudah berani memberi uang muka kepada kami sekitar US$3,6 juta. Meski molor dari jadwal pengiriman semula [April 2009], kami tidak terkena denda dan di dalam kontrak ada klausul penyesuaian harga sesuai kualitas produk," paparnya.

Selain itu, GTB juga mendapatkan permintaan ekspor sebanyak 3 juta ton dari China 4 juta ton dari India (4 juta) selama 5 tahun.

Selain membidik pasar ekspor, lanjut Paulus, perusahaan berkomitmen tetap memprioritaskan permintaan batu bara dari dalam negeri, termasuk memasok kebutuhan suplier PT PLN Persero untuk pembangkit listrik.

"Produksi sebanyak 30.000 ton low rank coal pada tahun lalu kami jual ke pasar spot dalam negeri. Kami sempat memasok kebutuhan batu bara kepada pemegang kontrak komoditas batu bara PLN," jelasnya.

Sumber:

http://www.ima-api.com/news.php?pid=3055&act=detail

kamis, 11/6/2009, 2:44 PM